Thursday, December 31, 2020

2020

Di Magrib menjelang pergantian tahun, rasa ini berkelana entah kemana. Ia memikirkan tentang di luar akan dirinya, sampai lupa apa yang ia butuhkan sebenarnya. Tahun ini menjadi tahun dengan penuh tekanan, "yaa namanya juga hidup" begitulah pikirku mencoba menenangkan diri sendiri. 

Entah resolusi apa yang sudah tercapai, tapi seingatku tidak membuat resolusi apa-apa pada tahun ini. 

Semoga kelak di tahun depan, menjadi arah siap kaki ini melangkah dengan penuh kemantapan. Bukan hanya angin yang membawanya akan kemana tapi ia yang memprediksi dan mengarahkan kapalnya. 

Sampai pada titik di mana jenuh akan dunia yang busuk ini. Kembalilah


Read More

Thursday, June 1, 2017

Teguran

Selasa lalu tanggal 30 Mei 2017 telah mengajarkan pelajaran hidup yang paling berharga buat gua tentang arti dari Kalimat larangan "Jangan Sombong!" sebab kesombongan hanya milik DIA.
Berikut kisahnya 👇👇👇


-------------------------
Pukul 03:10 WIB
       Aku dibangunkan untuk sahur, sambil makan tak lupa juga stasiun televesi yang menemani di kala sahur itu adalah SCTV.
Film yang sangat dekat dengan keseharian dan sarat akan makna agama serta kehidupan. Umi, Bapak, dan Abang sahur bersama denganku tak ada tanda dan tak ada isyarat bahwa hari ini akan ada tragedi.


Pukul 04:24 WIB
       Azan berkumandang dari satu masjid ke masjid yang lain, dari TVRI sampai ke NET TV. Hari itu adalah sahur ke-4 di bulan suci ramadan dan baru pada hari itulah aku solat subuh berjamaah bapak dan umi, 3 hari sebelumnya ada saja halangannya. Ketiduranlah, sengaja menunda biar nanti solat sendiri saja, sampai memang sahur dan solat subuhnya di kosan (karena memang sedang menginap waktu itu). Sehabis solat berjamaah naiklah aku ke tingkat untuk meneruskan tadarus Al-Qur'an yang baru satu juz kala itu padahal sudah hari ke-4 puasa tapi maunya khatam di akhir ramadan--harapan tidak sebanding dengan perbuatan--. Setelah ngaji tidurlah karna pagi itu ada jadwal mata kuliah Dirasah Syi'riyah pukul 08:36 WIB yang telah dirubah waktunya selama bulan ramadan.


Pukul 07:50 WIB
       Bangun karena alarm berdering terus yang memekakkan telinga padahal kupasang sejak 07:30 wib, namun baru bangun 20 menit setelahnya. Memang sudah diatur berbunyi terus jika belum dimatikan. Setelah mematikan alarm di handphone, cek grup kelas dulu siapa tau ada info ibu Yaniah (pengempu mata kuliah syi'riah) berhalangan hadir, ternyata tidak. Bergegaslah mandi dan segar setelahnya. Entah kenapa hari itu aku memilih baju kemeja berwarna biru dongker panjang dengan lengan digulung, celana cino hitam digulung dan sepatu slop biru levis pemberian abangku. Tak lupa aksesoris gelang yang biasa kukenakan terpasang manis di lengan kiriku, begitu menurutku.

       Satu hari sebelumnya aku membeli sebuah minyak zaitun modern di salah satu toko swalayan. Tak lupa kucoba pakai minyak zaitun itu sebagai pengganti minyak rambut yang kalo kata seorang abang idelogis bahwa lebih baik menggunakan ini ketimbang pomade yang terbuat dari lilin, dapat merusak rambut. Tak lupa semprotan minyak wangi mendarat lembut di baju dan leherku. Dan ada satu ketika sebelum hari-H kejadian aku sempat bilang seperti ini "Ini minyak zaitun bisa juga buat luka bakar dan aromanya enak" entah apa dan kenapa tiba-tiba saja kalimat itu keluar dengan lincahnya.


Pukul 08:20 WIB
       Setelah siap, rapih, dan wangi pagi itu aku merasa sebagai lelaki tampan. Berkaca di depan cermin lemari yang cukup besar melihat senyum mengembang menawan yang dipantulkan dari seberang cermin membuatku merasa sedikit sombong. Perfect! Begitulah pikirku pagi itu. Ku bawa buku di dalam sebuah tas tangan berwarna merah yang sangat meching di genggaman tangan kiriku. Entahlah dari mana tingkat percaya diri setinggi dan selebay itu muncul, yang pasti itu adalah EGO kemanusiaanku yang harus dapat kukendalikan bukan malah terhanyutkan.


Pukul 08:24 WIB
       Pamitlah aku untuk berangkat kuliah sama Umi yang sedang mencuci pakaian di belakang, dan bapak yang sedang istirahat dan tidak ingin aku mengganggunya. Tidak seperti biasanya ketika hendak aku berangkat umi mengantarku sampai di bibir pintu, walupun ini memang bukan yang pertama kalinya namun biasanya beliau menyempatkan dan meninggalkan aktifitasnya untuk mengantar anaknya ini dengan segudang doa dan sekotak harapan. Refleks setelah menghidupkan motor, alih-alih memanaskan mesinnya dua sampai tiga tarikan gas kepalaku menoleh ke arah pintu dan beliau tidak di sana. Ku ucapkan salam secara sir lalu dengan mengucap bismillah kupacu kuda besi nan gagah ini.
Padahal aku paham jauh maupun dekat jalanan tetap saja jalanan dan tak ada pengecualian. Beberapa hari kebelekang memang aku jarang menggunakan helm setelah helm merahku lupa dan tertinggal di kampus UIN. Ini memang pure keteledoranku yang meninggalkannya di sana dan baru ingat setelah dua hari kemudian, setelah dicek ia sudah raib mungkin sudah beralih ke motor yang lain. Semoga kau bahagia dengan yang lain :').


Bersambung...
Read More

Sunday, May 14, 2017

Indonesia Kita Kenapa?

Indonesia kita kenapa?
Bukankah dari sabang sampai merauke berjajar pulau-pulau, sambung menyambung menjadi satu itulah Indonesia?
Indonesia kita kenapa?
Bukankah Satu Nusa Satu Bangsa Satu Bahasa kita?
Indonesia kita kenapa?
Bukankah Indonesia tanah air beta?
Indonesia kita kenapa?
Bukankah Indonesia tanah airku tanah tumpah darahku?
Indonesia kita kenapa?
Bukankah tujuh belas Agustus tahun empat lima itulah hari kemerdekaan kita?
Indonesia kita kenapa?
Bukankah tanah airku tidak ku lupakan?
Indonesia kita kenapa?
Bukankah Padamu negeri kami berjanji?
Bukankah Padamu negeri kami berbakti?
Bukankah Padamu negeri kami mengabdi?
Dan bukankah Bagimu negeri jiwa raga kami?

Lalu mengapa?

14-05-2017
Ciputat







Terimakasih Bapak R. Suharjo kau menggambarkan tanah air kita dengan lagu "Dari Sabang Sampai Merauke"

Terimakasih Bapak Liberty Manik kau mempersatukan tanah air kita dengan lagu "Satu Nusa Satu Bangsa"

Terimakasih Bapak Ismail Marzuki kau menceritakan tanah air kita dengan lagu "Indonesia Pusaka"

Terimakasih Bapak W.R Supratman kau membangkitkan semangat tanah air kita dengan lagu "Indonesia Raya"

Terimakasih Bapak Husein Mutahar kau mengabadikan kemerdekaan tanah air kita dengan lagu "Hari Merdeka"

Terimakasih Ibu Soed kau mencurahkan hati untuk tanah air kita dengan lagu "Tanah Airku"

Terimakasih Bapak Kusbini kau mengikat jiwa raga dengan tanah air kita melalui lagu "Padamu Negeri"


Dan terimakasih untuk seluruh rakyat Indonesia. Ku bersyukur dapat berada di dalam bagian negeri kaya raya ini mulai dari keragaman suku, budaya, agama dan yang lainnya hingga kekayaan Alam yang melimpah ruah tak dapat digambarkan melalui tulisan maupun ucapan.

Semangat persatuan selalu digemakan.
Karena kita tahu dan sadar "Bhinneka Tunggal Ika" bukan hanya isapan jempol belaka. Mari bersatu-padu. Mari kita bahu-membahu. Karena hakikat perbedaan bukan pada persamaan melainkan persatuan. Tak apa kita berbeda. Tak apa kita tak sama. Tetapi satu jua.


Aku yang menulis ini untuk kau saudaraku, rakyat Indonesia.

Salam hangat dari anak ibu pertiwi~

Read More

Saturday, April 22, 2017

Dua Puluh Satu

Yang kuharapkan adalah doa dari orangtuaku
Yang kuinginkan adalah tawa dari kawanku
Dan yang kurindukan adalah segaris senyum merona milik dirimu, dan hanya milikmu

I

Namun yang paling kuidam-idamkan adalah hadiah
Hadiah yang bukan dari orangtua, teman atau bahkan kamu
Melainkan dari diriku sendiri untuk diriku

Hadiah berbentuk harapan, cita-cita dan keyakinan
Menembus ke dalam relung hati yang terdalam
Dan menancapkan semangat baru di tahun kelahiranku yang ke-21

Jadilah diriku sendiri
Jadilah seperti yang kumau
Jadilah! maka terjadilah
Karna aku yang lebih mengetahui tentangku

II

Selamat ulang tahun untuk diriku di masa lalu
Selamat ulang tahun untuk diriku di masa sekarang
Selamat ulang tahun untuk aku di masa yang akan datang

Selamat berjalan sampai menuju jalan pulang

22 April 17

Read More