Selasa lalu tanggal 30 Mei 2017 telah mengajarkan pelajaran hidup yang paling berharga buat gua tentang arti dari Kalimat larangan "Jangan Sombong!" sebab kesombongan hanya milik DIA.
Berikut kisahnya 👇👇👇
Berikut kisahnya 👇👇👇
-------------------------
Pukul 03:10 WIB
Pukul 03:10 WIB
Aku dibangunkan untuk sahur, sambil makan tak lupa juga stasiun televesi yang menemani di kala sahur itu adalah SCTV.
Film yang sangat dekat dengan keseharian dan sarat akan makna agama serta kehidupan. Umi, Bapak, dan Abang sahur bersama denganku tak ada tanda dan tak ada isyarat bahwa hari ini akan ada tragedi.
Film yang sangat dekat dengan keseharian dan sarat akan makna agama serta kehidupan. Umi, Bapak, dan Abang sahur bersama denganku tak ada tanda dan tak ada isyarat bahwa hari ini akan ada tragedi.
Pukul 04:24 WIB
Azan berkumandang dari satu masjid ke masjid yang lain, dari TVRI sampai ke NET TV. Hari itu adalah sahur ke-4 di bulan suci ramadan dan baru pada hari itulah aku solat subuh berjamaah bapak dan umi, 3 hari sebelumnya ada saja halangannya. Ketiduranlah, sengaja menunda biar nanti solat sendiri saja, sampai memang sahur dan solat subuhnya di kosan (karena memang sedang menginap waktu itu). Sehabis solat berjamaah naiklah aku ke tingkat untuk meneruskan tadarus Al-Qur'an yang baru satu juz kala itu padahal sudah hari ke-4 puasa tapi maunya khatam di akhir ramadan--harapan tidak sebanding dengan perbuatan--. Setelah ngaji tidurlah karna pagi itu ada jadwal mata kuliah Dirasah Syi'riyah pukul 08:36 WIB yang telah dirubah waktunya selama bulan ramadan.
Pukul 07:50 WIB
Bangun karena alarm berdering terus yang memekakkan telinga padahal kupasang sejak 07:30 wib, namun baru bangun 20 menit setelahnya. Memang sudah diatur berbunyi terus jika belum dimatikan. Setelah mematikan alarm di handphone, cek grup kelas dulu siapa tau ada info ibu Yaniah (pengempu mata kuliah syi'riah) berhalangan hadir, ternyata tidak. Bergegaslah mandi dan segar setelahnya. Entah kenapa hari itu aku memilih baju kemeja berwarna biru dongker panjang dengan lengan digulung, celana cino hitam digulung dan sepatu slop biru levis pemberian abangku. Tak lupa aksesoris gelang yang biasa kukenakan terpasang manis di lengan kiriku, begitu menurutku.
Satu hari sebelumnya aku membeli sebuah minyak zaitun modern di salah satu toko swalayan. Tak lupa kucoba pakai minyak zaitun itu sebagai pengganti minyak rambut yang kalo kata seorang abang idelogis bahwa lebih baik menggunakan ini ketimbang pomade yang terbuat dari lilin, dapat merusak rambut. Tak lupa semprotan minyak wangi mendarat lembut di baju dan leherku. Dan ada satu ketika sebelum hari-H kejadian aku sempat bilang seperti ini "Ini minyak zaitun bisa juga buat luka bakar dan aromanya enak" entah apa dan kenapa tiba-tiba saja kalimat itu keluar dengan lincahnya.
Pukul 08:20 WIB
Setelah siap, rapih, dan wangi pagi itu aku merasa sebagai lelaki tampan. Berkaca di depan cermin lemari yang cukup besar melihat senyum mengembang menawan yang dipantulkan dari seberang cermin membuatku merasa sedikit sombong. Perfect! Begitulah pikirku pagi itu. Ku bawa buku di dalam sebuah tas tangan berwarna merah yang sangat meching di genggaman tangan kiriku. Entahlah dari mana tingkat percaya diri setinggi dan selebay itu muncul, yang pasti itu adalah EGO kemanusiaanku yang harus dapat kukendalikan bukan malah terhanyutkan.
Pukul 08:24 WIB
Pamitlah aku untuk berangkat kuliah sama Umi yang sedang mencuci pakaian di belakang, dan bapak yang sedang istirahat dan tidak ingin aku mengganggunya. Tidak seperti biasanya ketika hendak aku berangkat umi mengantarku sampai di bibir pintu, walupun ini memang bukan yang pertama kalinya namun biasanya beliau menyempatkan dan meninggalkan aktifitasnya untuk mengantar anaknya ini dengan segudang doa dan sekotak harapan. Refleks setelah menghidupkan motor, alih-alih memanaskan mesinnya dua sampai tiga tarikan gas kepalaku menoleh ke arah pintu dan beliau tidak di sana. Ku ucapkan salam secara sir lalu dengan mengucap bismillah kupacu kuda besi nan gagah ini.
Padahal aku paham jauh maupun dekat jalanan tetap saja jalanan dan tak ada pengecualian. Beberapa hari kebelekang memang aku jarang menggunakan helm setelah helm merahku lupa dan tertinggal di kampus UIN. Ini memang pure keteledoranku yang meninggalkannya di sana dan baru ingat setelah dua hari kemudian, setelah dicek ia sudah raib mungkin sudah beralih ke motor yang lain. Semoga kau bahagia dengan yang lain :').
0 komentar:
Post a Comment